Gratitude : A Tribute to Ir. Adiloekito and Mr. William Kwan

Selesai menempuh pendidikan tinggi, dengan semangat revolusi yang menggelora rupanya menjadi beban tersendiri untuk menentukan karir. Sebagian aktifis mahasiswa kemudian melanjutkan perjuangan dengan bergabung di partai politik, sebagian lagi menutup sejarah parlemen jalanan dengan membuka lembaran baru di dunia pekerjaan profesional.

Saya enggan bergabung dengan partai politik, apapun alasannya pada pangkalnya adalah kekuasaan. Memang beberapa diantaranya mampu hadir dengan cukup bersih dan komitmen pada perjuangan, namun tidak banyak yang mengharuskan tangannya berlumuran dusta yang mengatasnamakan rakyat. Jika ingin memperjuangkan rakyat, mengapakah harus mengurangi hak-hak rakyat untuk mendapatkan fasilitas publik yang layak, rasa nyaman dalam menjalani hidup kesehariannya?

Paling nyata adalah banyaknya kasus korupsi oleh pejabat negara, belum lagi mafia proyek atas program-program yang katanya untuk rakyat. Hal ini justru semakin mengurangi hak-hak yang semestinya diterima masyarakat, sangat kontradiktif dengan upayanya yang katanya untuk rakyat.

Merantau Ke Manado

Kala itu, saya menetapkan diri untuk bergabung di salah satu NGO (non government organization) di Manado. Rupanya semangat yang tinggi tidak serta-merta kita bisa selesaikan objektif atas pekerjaan kita. Beruntunglah waktu itu saya dibimbing oleh seorang mentor yang sangat cakap untuk memancing agar potensi-potensi saya dapat mengemuka, Ir. Adiloekito.

Beliau yang seorang Insiyur mekanisasi pertanian, menghabiskan masa pengapdiannya sebagai PNS Dinas Pertanian di Sulawesi Utara. Saya tidak tau pasti alasannya, namun kemudian beliau memutuskan pensiun muda, dan mendirikan LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan) Manado.  Saya hanya menduga-duga, pergulatan batin beliau yang sangat peduli dengan masyarakat kecil harus berkompromi dengan birokrasi. Barangkali jika saya seumuran beliau, saya akan menghadapi hal yang sama, tidak punya banyak pilihan.

Setiap sore, ketika waktu senggang beliau selalu memancing diskusi melalui pertanyan-pertanyaan tentang banyak hal, meminta tanggapan saya akan beberapa peristiwa politik lokal, analisa atas kebijakan-kebijakan. Lebih dari itu beliau memberikan kepercayaan penuh kepada kami, staf yang ada untuk melakukan improvisasi dalam mencapai goal. Saya belajar banyak dalam hal pembentukan tim, komposisi dan keahlian sampai dengan karakter masing-masing personil menjadi bahan perimbangan dalam membentuk tim yang solid.

Sangat disayangkan hanya sekitar satu tahun saya di LPTP Manado, waktu itu pikiran masih bercabang antara karir dan melanjutkan studi. Meski demikian, perjumpaan saya selama di Manado beserta rekan-rekan kerja yang ada mampu memberikan pondasi dalam hal pengembangan masyarakat.

Riset Aksi Sosial Ekonomi Lebih Dalam

Rupanya nasib kurang beruntung, rancana studi lanjut gagal karena tidak lolos dalam seleksi beasiswa. Kembali saya terjebak dalam pilihan-pilihan karir yang dapat menjaga idealisme ataukah berkompromi dengan keadaan. Setelah beberapa waktu menganggur, saya berkesempatan untuk bergabung dengan Institut Pluralisme Indonesia.

Waktu itu saya direkrut sebagai project officer untuk revitalisasi batik Lasem. Sekalipun latar belakang saya dari sains murni, perlahan namun pasti Pak William Kwan selaku Direktur dan juga team leader memberikan konsep-konsep riset aksi sosial ekonomi. Bersama-sama kami mendirikan, mendampingi KUB Srikandi di desa Jeruk, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang.

KUB Srikandi Jeruk merupakan pilot project dalam rangka meningkatkan ekonomi lokal melalui batik tulis. KUB Srikandi Jeruk terdiri atas ibu-ibu yang dulunya adalah pembatik, sebagian sebagai pembatik lepas. Kelompok tersebut akhirnya lahir setelah sekian kali mesti diyakinkan, mengingat mereka pada dasarnya tidak ada keahlian lain selain membatik.

Sungguh tidak mudah mendampingi proses persalinan kelompok dalam melahirkan semangat kewirausahaan yang mulanya hanya sebagai pembatik upahan. Selain  itu juga dilkukan eksperimen peningkatan kualitas batik, pewarnaan, manajamen keuangan dan pemasaran. Haru dan bangga, kini KUB telah mampu berdiri sendiri, dan bahkan anak-anak kecil kini mulai ikut menyukai membatik lagi.

Pak William Kwan yang memperoleh gelar masternya dari Vanderbilt University, tetap dengan rendah hati. Tidak pernah menunjukkan diri sebagai seorang intelektual, namun mampu menerjemahkan teori-teori ekonomi dalam praksis yang sederhana. Seorang pemimpin yang sangat perhatian terhadap anggota timnya sekaligus sebagai motivator.

Sekalipun kita punya tugas masing-masing, Pak William memberikan kesempatan bagi kami untuk mengeksplorasi diri pada bidang yang diminati, sembari mengerjakan tugas kami. Bahkan lebih jauh beliau juga memberikan wawasan dimensi resolusi konflik, dalam pilot project KUB Srikandi Jeruk.

Saya sangat bersyukur bisa belajar banyak dari  Ir. Adiloekito dan Bapak William Kwan. Mereka berdualah orang yang sangat berjasa membentuk kepribadian saya untuk secara tulus dan totalitas mengabdikan diri bagi kehidupan. Terima kasih yang tidak terkira, kepada mereka berdua para pejuang kehidupan, orang yang mampu menginspirasi orang lain untuk bersama-sama mewujudkan kehidupan yang labih baik untuk setiap orang.

About Slamet Haryono

Hak cipta dilindungi oleh YANG MAHA PENCIPTA. Silahkan dibaca, mengutip sebagian atau keseluruhan dari setiap tulisan dalam blog ini untuk tujuan non komersial wajib menyertakan sumber dan nama penulis secara lengkap, serta digunakan dengan penuh tanggungjawab. Sedangkan untuk tujuan komersial silahkan hubungi saya melalui slamethdotkom@yahoo.com

Posted on October 2, 2014, in Artikel. Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment