Ulang Tahun

Meskikun terasa janggal bagiku, frasa ulang tahun sudah diterima olah masyarakat indonesia untuk mengungkapkan peringatan atas kelahirannya. Jika tetap menggunakan frasa sejenis, maka akan lebih tepat dikatakan  ulang bulan. Saya secara pribadi lebih nyaman menyebutkan sebagai hari lahir, tapi tidak apalah kita gunakan kata ulang tahun, sudah terlanjur.

Perdebatan mengenai bahasa sampai disini, selanjutnya saya menyoroti tentang cara orang menyikapi peringatan hari lahirnya. Entah kapan dan siapa yang memulai, saya tidak tahu namun tidak jarang kita menjumpai orang yang ulang tahun “dirayakan” dengan cara yang aneh. Misalnya yang ulang tahun tersebut dilempari dengan telur, tepung, kue dan lain-lain. Bahkan untuk mendapatkan suasana lebih ekstrim ada yang sampai mengikatkan orang yang ulang tahun tersebut ke pohon, dalam keadaan setengah telanjang.

Biasaya perayaan ulang tahun semacam itu merupakan kejutan, artinya orang yang ulang tahun tidak mengetahui akan rencana tersebut. Menariknya orang-orang dekat yang ikut berpartisipasi dalam perayaan tersebut rela untuk secara bersama-sama mengumpulkan uang untuk membeli material perasayaan eh…penyiksaan.

Saya masih belum tahu apa yang mendasari orang untuk berbuat demikian kepada orang yang ulang tahun? Apakah kegembiraan atas adanya orang yang ulang tahun tersebut pantas dieskpresikan dengan cara demikian? Apakah kita menikmati orang-orang diperlakukan tidak pantas? Apakah kita memanfaatkan kesempatan untuk mengekspresikan emosi ataupun energi yang berlebih melalui momen orang lain yang berulang tahun? Entahlah…

Dalam benak saya, uang yang terkumpul tersebut labih baik digunakan dengan cara-cara yang positif daripada digunakan untuk perayaan yang berbentuk penyiksaan, misalnya digunakan untuk makan bersama. Atau lebih bagus lagi jika orang yang ulang tahun tersebut punya kebutuhan tertentu, dan jika kita mengetahuinya tentunya akan lebih baik untuk membantu meringankan beban yang bersangkutan. Atau jika yang bersangkutan sudah berlebih, bisa secara langsung dintanyakan  “apakah kita bersama-sama bisa membantu meringankan beban orang lain melalui mementum ulang tahunmu?”

Ya semestinya kita belajar membantu meringankan beban orang lain, bukan menambahkan beban, terutama beban psikis sebagai korban perayaan yang berujung penganiayaan. Sangat disayangkan sekali jika tepung ataupun telur tersebut dibuang sia-sia, karena banyak juga diantara kita yang masih belum cukup makan sehari tiga kali, terutama ketika kita masih bermahasiswa.

Ketika ulang tahun saya dirayakan dengan cara demikian, bukannya saya tidak berterima kasih. Namun tidak hentinya saya bergumul dalam hati “ada apa dengan orang-orang ini?” Jika mereka mengasihiku mengapakah mereka tega berbuat demikian kepadaku? Tidak adakah cara yang lebih baik untuk menunjukkan rasa kasihmu kepadaku, oh kekasih? Oh kasih…..an.

Bagaimanapun selamat hari lahir, ya lahir baru.

About Slamet Haryono

Hak cipta dilindungi oleh YANG MAHA PENCIPTA. Silahkan dibaca, mengutip sebagian atau keseluruhan dari setiap tulisan dalam blog ini untuk tujuan non komersial wajib menyertakan sumber dan nama penulis secara lengkap, serta digunakan dengan penuh tanggungjawab. Sedangkan untuk tujuan komersial silahkan hubungi saya melalui slamethdotkom@yahoo.com

Posted on February 8, 2016, in Artikel and tagged . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment