Blog Archives

“Pergilah, dan Jadilah Engkau Scientiarum”

Sekedar mencari tantangan baru untuk melepas kepenatan, sore itu aku meluncur ke rumah Bejo Saputro. Dua jam perjalanan dari home base, menyusuri gelapnya jalan di tengah hutan jati. Semakin gelap, semakin nikmat memacu kendaraan di atas aspal yang lebih menyerupai ampyang, shit…sesekali ngerem mendadak…

Sesampai di rumah Bejo, seperti biasa disambut kopi sak gelas guedi… sambil istirahat, diiringi suara gendingan dari lapotop Bejo, aku bercengkrama dengan Bejo dan keluarganya…
Sampai cerita tentang SA, aku bermimpi…

Mimpinya terlalu berlebihan, lebih mendekati abnormalitas apalagi yang mimpi seorang Slamet, yang cuma sempat mampir di SA satu atau dua kali terbitan. Itupun karena pocokan, aku tidak pernah ikut pelatihan menulis, juga tidak ada seleksi, apalagi magang. Kala itu SA kurang berita (bukan cuma kurang personil) padahal sudah waktunya terbit, munculah Slamet layaknya pahlawan kesiangan, wis pokoknya ga mutu banget

Aku memimpikan SA menjadi suatu komunitas yang progresif revolusioner (maaf Wan aku pinjam bahasamu). Terus yang seperti apa itu progresif revolusioner? Aku sendiri juga bingung menjelaskannya, mungkin bisa tanya langsung ke Wawan Soejatmiko tentang istilah itu, namanya juga mimpi bebas to bas… tapi nampaknya SA sendiri menjadi terlalu kerdil jika dibingkai dalam lembaga pers mahasiswa.

Aku melihat ada sisi strategis keberadaan SA
Pertama : SA Otonom. Kok bisa SA otonom, bukannya para aktifis LK mengimani kalau SA ada dibawa SMU. Ya iman sih boleh saja,masa dilarang.

Kedua: SA Dinamis. Keanggotaan SA cukup fleksibel, tidak perlu syarat macem-macem seperti pendaftaran CPNS, penting punya semangat untuk berbagi dan peduli itu sudah cukup. Semangat bisa dengan leluasa diekspresikan, silahkan sesuai bakat masing-masing, tapi sebelum itu setidaknya dapat dibuktikan ekpresinya melalui tulisan.

Perekrutan tidak usah tunggu waktu atau periodisasi, setiap ada yang daftar langsung diterima, cukup dibekali kartu pers. “Pergilah,dan jadilah engkau Scientiarum”. Tidak perlu basa-basi, silahkan redaksi SA membuat database mereka sukarelawan/simpatisan anggota SA yang baru tersebut. Berdayakan mereka, monggo silahkan redaktur pelaksana. Semakin banyak sukarelawan semakin bagus, tidak kekurangan berita. Tulisan yang bagus silahkan masuk edisi cetak, yang lainnya cukup di webnya SA.

Tidak perlu mengkritik birokrasi, kalau SA sendiri belum bisa mempermudah birokrasi. Perekrutan anggota pakai tes segala dengan syarat ini itu, sok profesional, padahal SA kan lembaga pembelajaran, dimana semua mahasiswa berhak untuk ber-SA.

Ketiga : Progresif, Adanya kesempatan untuk menjadi semakin baik dan semakin efektif melalui penggugahan kesadaran bersama lewat diskusi-diskusi bebas. Kegiatan-kegiatan aksi kemasyarakatan yang sigap (tidak terjebak birokrasi) memungkinkan komunitas SA untuk bisa lebih menginjak tanah, tidak hanya pintar memainkan kata lewat berita, tapi ada kesadaran yang merakyat.

Keempat: Tidak mungkin. Ya betul tidak mungkin, apalagi melihat SA yang sekarang. Tapi ya bisa aja sih apalagi itu kan cuma mimpimu Met….kata terakhir dari Bejo mengakhiri diskusi kami. Dan aku sadar bahwa pekerjaanku masih numpuk banyak, ayo kerja… he…he…